Anak Dengan Adhd (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

  1. Ciri Khas Perilaku
1.   Tidak dapat diam

2.   Tiba-tiba mulai berbicara, berbicara terlalu banyak

3.   Sering meninggalkan tempat duduk

4.   Mudah menimbulkan masalah dengan teman

5.   Sulit menunggu, atau menanti giliran

6.       Sering lupa

7.       Tidak suka merapikan

8.       Tidak mau terlibat pada hal yang membutuhkan usaha atau hal yang tidak disukai.

9.       Terlihat ada perbedaan antara hal yang membuatnya berkonsentrasi dan tidak berkonsentrasi.

10.   Dapat introspeksi, tetapi mengulangi hal yang sama lagi.

※ Ada perilaku lain yang menjadi ciri khas selain yang tercantum di atas.

  1. Pada ADHD itu sendiri tidak ada keterlambatan intelektual.

(※ADHD tidak memiliki keterlambatan intelektual. Beberapa orang dengan keterlambatan intelektual secara retroaktif juga menderita ADHD)

  • Ada tipe yang dominan pada “tidak dapat fokus”, ada tipe dominan pada “bergerak terus, tidak dapat diam”, ada tipe yang dominan pada “impulsivitas”, ada juga campuran dari beberapa tipe ini.
  • Metode Bantuan yang Efektif pic20
  • Menjaga keseimbangan antara tugas (hal yang seharusnya dilakukan) dan kebebasan (hal yang disukai diri sendiri)
  • Membuat janji, kapan dapat melakukan hal yang diminatinya. (bukan dengan kata/lisan, melainkan dengan gambar).

Contoh: Memahami perasaan ingin berbicara banyak, “Kamu ingin cerita banyak ya?””, “Ibu guru akan mendengarkanmu. Nanti ya setelah XXX, Bu guru akan mendengarkan ceritamu.”

  1. Permudah pemahaman aturan menggunakan “gambar”, “symbol”, dll.   pic21
  • Buat daftar hal yang akan dilakukan dan tunjukkan.

Contoh: Setelah selesai kegiatan A, kita lakukan kegiatan B (pergi ke luar kelas).

  • Visualisasikan aturan atau daftar, tempelkan di tempat yang mudah terlihat.
  1. Jika timbul masalah, “Dengarkan perasaan masing-masing anak”, “Berempati pada perasaan anak”, “Namun, sampaikan jika hal tersebut tidak boleh dilakukan, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. “.

pic22

※Sekalipun anak sudah berjanji, ia akan belajar sambil mengulangi hal yang sama; guru perlu memahami bahwa hal ini adalah proses perkembangan.

  • Menunggu tanpa melakukan apapun merupakan hal yang membosankan. à siapkan tindakan/kegiatan yang dapat segera dilakukan anak.
  • Sering lupa disebabkan oleh tidak fokus. Pada masa usia dini, sulit bagi anak untuk tidak melupakan suatu hal/barang. Memerlukan bantuan dari guru.
  • Pada waktu merapikan barang sendiri, siapkan lingkungan yang tenang sehingga anak dapat berkonsentrasi. Berikan bimbingan cara membereskan barang sambil terkadang membantunya; bila di rumah dilakukan oleh orangtua, bila di TK dilakukan oleh guru.
  • Jangan memberikan tugas dalam jumlah besar pada satu waktu. Berikan tugas dalam jumlah kecil. Dengan menambah frekuensi tugas, anak dengan mudah menyelesaikan, dapat mencapai keberhasilan yang banyak berhubungan dengan rasa percaya diri anak.

Contoh: Selesai memotong 5 lembar kertas. à Berikan pujian 5 kali: Setiap selesai memotong satu lembar à “Bagus ya/Pintar ya”. Maka ia mendapatkan pengakuan 5 kali.

Gunakan keistimewaan pekerja keras (jika tidak melakukan apapun akan bosan. Hiperaktif artinya pekerja keras.)

 

  1. Berikan pengakuan atas kerja kerasnya, atas perbuatan sekecil apapun sesuai yang diharapkan.
  2. Pengakuan cukup singkat saja. Misalnya, kata diriingi senyum, atau tanda “Bagus!” (Dilarang menggunakan ungkapan atau pujian yang berlebihan)
  3. Hindari perintah yang tidak jelas.

Contoh: “Bersihkan kamar!” à “Rapikan balok ke dalam kotak!”.

  1. Tambah pengalaman menerima ucapan terima kasih dari semua orang dengan melakukan pekerjaan yang sederhana.

 

  1. Cara “Memperhatikan” yang Tidak Merusak Hubungan Saling Percaya
  2. Tidak memarahi dengan kata-kata panjang yang diulang-ulang.
  3. Memarahi anak secara emosional akan memberikan dampak terbalik. Katakan dengan tegas tanpa melibatkan emosi, sampaikan dengan singkat “hal yang seharusnya dilakukan”.
  4. Apabila menghentikan hal yang tidak boleh dilakukan, berikan pengakuan ketika ia menempatkan diri di tempat duduk, “Bisa menghentikannya, ya.”
  5. Perilaku yang tidak boleh dilakukan atau gagal dilakukan dapat diperkirakan bahwa tetap akan diulangi anak sekalipun dimarahi.

(Melakukan hal yang baik, ataupun hal yang salah adalah manusia, kita perlu memahami perilaku manusia.)

  1. Setelah memarahi dengan singkat, “Mengerti?” à anak : mengangguk, Guru : Terima kasih karena sudah mengerti maksud Bu Guru.

 

Jika anak gagal lagi, bantu dia untuk tidak berhenti melakukan. Sampaikan padanya bahwa pak/bu guru akan membantu.

 

Ada kalanya guru harus memarahi anak dengan sungguh-sungguh, ketika berhadapan dengan anak. Jika sudah tercipta hubungan saling percaya dengan anak dalam keseharian, maka anak akan memahami bahwa guru memarahi dirinya karena memiliki rasa sayang.

  • Guru yang tidak memiliki kasih sayang: guru yang beranggapan bahwa “perilaku yang salah” à “anak yang tidak baik” .

pic23

2). Guru yang memiliki kasih sayang: Kamu adalah anak yang baik. Yang salah hanyalah perilaku. Mungkin kamu akan mengulanginya lagi. Namun, bapak ibu guru akan selalu membantumu.

 

pic24

  • Masalah yang timbul akibat ketidakpahaman orangtua dan guru
  • Masa usia dini dan usia kanak-kanak adalah masa anak belum menyadari ciri khas perilaku diri mereka sendiri.
  • Terhadap perilaku anak yang salah, sikap guru memarahi dengan kasih sekaligus tegas adalah hal yang penting.
  • Kemarahan yang melibatkan emosi orang dewasa adalah hal yang tidak dapat dipahami oleh anak. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka anak akan tumbuh menjadi orang yang tidak percaya pada orang lain, dan ada kalanya menimbulkan sikap perlawanan yang semakin meningkat.
  • Sebaliknya, bila terhadap perilaku anak yang salah, sikap guru dalam menangani tidak tegas dan permisif, maka anak menjadi tidak dapat membedakan baik dan buruk.
  • Oleh karena sikap orang dewasa yang salah, kepribadian anak yang positif sulit terbentuk, kemampuan mengendalikan diri sulit berkembang, dan kemudian berhubungan dengan perubahan sikap sosial sebagai disabilitas sekunder (deuteropathy) .

 

※ Kemampuan mengendalikan diri : kemampuan diri untuk menentukan perilaku baik buruk, tepat tidaknya dalam bermasyarakat, kemampuan untuk memutuskan sendiri hal yang akan dilakukan. Dimulai dari akhir masa usia dini, terus berkembang seumur hidup.

Anak yang tidak dapat memutuskan tindakan tanpa adanya perintah dari orang dewasa, setelah menjadi dewasa akan bertindak begitu saja tanpa memikirkan pendapat orang lain.  Ia akan menjadi orang dewasa yang tidak bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, dan menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

Secara statistik, ada hasil penelitian tentang tingginya tingkat kejahatan oleh orang dengan ADHD.

ADHD à bukanlah penjahat.  Selain orangtua yang mengasuh-didik sejak masa puber, perlu kehadiran orang dewasa lain yang dihormati. Dukungan sejak masa kecil untuk membentuk citra diri yang positif dari orang dewasa yang ada di sekitarnya adalah hal yang penting. Peran itu banyak diemban oleh guru yang ditemui pada paruh akhir SD, SMP, dan SMA.

Ada hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kemampuan pengendalian diri dengan emosi yang timbul dari pujaan terhadap orang yang dihormati, sekaligus rasa tidak ingin melakukan hal yang membuat orang itu sedih. Pertemuan dengan orang yang dihormati, dan pola asuh yang menumbuhkan “kemampuan mengendalikan diri” yakni berpikir dan melakukan kegiatan sendiri sejak masih kecil merupakan hal yang penting bagi siapapun.

Terlepas dari ada tidaknya ADHD, keberadaan orang yang dapat dihormati bagi seorang anak merupakan hal yang penting dalam pembentukan karakter.